Rabu, 23 April 2014

Mengenalkan Keanekaragaman Budaya Pada si Kecil Melalui TMII

Kunjungan ke Museum Indonesia di TMII

foto dokumentasi pribadi
Beberapa waktu lalu kami mengajak di kecil Azka Zahra (5y6m) ke Museum Indonesia di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Awalnya sempat ragu mengajak Azka ke sana. Apa tidak akan membuatnya bosan karena apa yang dilihatnya di sana mungkin tidak menarik untuknya? Apa tidak akan membuatnya pusing karena apa yang dilihatnya tidak ia pahami maksudnya? Tapi ternyata kami salah. Azka antusias pada setiap artepak dan manikem yang dilihatnya. Terlebih ketika kami  sampai di bagian kekhasan daerah yang dimiliki saya dan Abinya (panggilan Azka untuk papanya). Ini lho baju padang, ini lho baju khas sunda, ini lho alat musik angklung, gamelan dan seterusnya. 

Yap, saat menginjak usia batita dan Azka mulai memahami apa yang didengarnya, dilihat dan diucapkannya, Azka mulai  sadar jika mama dan Abinya ‘beda’. Ia terheran-heran saat di Bandung (berlibur atau mudik) saya bicara dalam bahasa sunda dengan seluruh kerabat dan anggota keluarga di sana. Saat di Jakarta, Azka mengernyitkan dahi dengan bahasa dan logat bicara Abi dan kerabat di sana.

“Itu bahasa Inggris, Ma? Tapi kok gitu?” tanya Azka yang lebih familiar dengan bahasa Inggris karena film-film edukasi yang di tontonnya berbahasa Inggris.

Lalu kami jelaskan bahwa itu adalah itu adalah bahasa daerah. Saya jelaskan pula bahwa Mama (saya) berasal dari Sunda dan Abinya dari Minang.

Sejak itu, jika menemukan kosakata bahasa daerah baru yang didengarnya, Azka langsung mengaplikasikannya dalam percakapan sehari-hari di rumah   campur dengan bahasa indonesia, tentu saja lebih sering tidak nyambung karena dia sendiri tidak tahu apa arti bahasa sunda yang diucapkannya.

Saat di museum Indonesia TMII, kami  memperkenalkan pada Azka bahwa bukan hanya bahasa Sunda dan Minang yang ada di Indonesia tapi juga ada yang disebut bahasa Jawa, Batak, dst. Dan setiap bahasa itu dimiliki dan digunakan  di daerah – daerah tertentu. Selain memiliki bahasa berbeda, pakaian khasnya pun berbeda. 


Konsep baju adat  dipahami Azka setelah saya menunjukkan fotonya saat mengenakan pakaian adat  beberapa tahun lalu, saat kerabat Abinya menikah.

Museum Indonesia, terdiri dari tiga lantai. Lantai satu bertema Bhineka Tunggal Ika, berisi beragam manikem berbaju daerah, baju pengantin, alat musik tradisional.

foto dokumentasi pribadi
Lantai dua, bertema Manusia dan Lingkungan. Memamerkan beragam artepak yang digunakan dalam keseharian dari tiap daerah.

foto dokumentasi pribadi
Lantai ketiga, bertema Seni dan Kriya. Memamerkan beragam hasil karya seni khas daerah.

foto dokumentasi pribadi
Dari museum Indonesia kami menuju museum Asmat. Di sini Azka cukup antusias karena ada penampilan tari yang di lakukan beberapa pengunjung.

foto dokumentasi  pribadi
Mengajak Azka ke museum menyadarkan saya bahwa benar yang dikatakan pakar psikolog atau pendidikan anak-anak, kemampuan dan daya tanggap anak-anak tak terduga dan seperti spoon. Rasa ingin tahunya yang begitu besar mengalahkan ketidakmengertian dan rasa bosan. Azka pun jadi bertambah pengetahuannya.

TMII Perekat Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Museum Indonesia dan museum Asmat adalah dua dari 16 museum yang ada di TMII.
TMII mulai di bangun pada tahun 1972 dan diresmikan pada 20 April 1975. Ide pembangunannya di cetuskan oleh Tien Soeharto istri Presiden RI saat itu yaitu Soeharto. Tujuannya agar keberadaan TMII membangkitkan rasa bangga dan cinta tanah air. 

TMII merupakan miniatur dan rangkuman dari kebudayaan yang ada di Indonesia. Dari mulai rumah adat, pakaian, tari daerah, alat musik dan aspek keseharian. Yang diwujudkan dalam bentuk anjungan daerah. Jumlah anjungan daerah mewakili banyaknya profensi yang ada di Indonesia yaitu 33. Selain anjungan yang mempresentasikan budaya daerah, terdapat juga beragam tempat ibadah yang merupakan tempat ibadah dari agama-agama yang dianut masyarakat. 


peta TMII
Sebagai sebuah eduwisata, diharapkan khususnya generasi muda dan anak-anak tidak sekedar tahu mengenai beragam kebudayaan daerah tapi memahami bahwa dengan begitu banyak perbedaan yang dimiliki setiap daerah bukan halangan untuk bersatu. Dan ada juga taman kebudayaan Tionghoa, budaya yang tidak bisa dilepaskan pengaruhnya pada negara ini selain karena sebagian masyarakat Indonesia adalah keturunan Tionghoa. Keberadaan TMII  menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa. 


taman budaya tionghoa sumber gambar www.tamanmini.com
TMII Kolaborasi Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Teknologi
Selain anjungan yang mempresentasikan budaya daerah, di TMII terdapat juga beragam tempat ibadah yang merupakan agama-agama yang dianut masyarakat. Dari 16 museum yang ada di TMII tidak hanya museum bertema budaya, ada juga museum teknologi dan ilmu pengetahuan, seperti museum transportasi, listrik, energi baru, telekomunikasi dan penerbangan. Ini menunjukkan bahwa kebudayaan tidak bisa dipisahkan dari ilmu pengetahuan dan teknologi. keduanya berkolaborasi mewujudkan masyarakat yang maju dan berbudaya. 


museum listrik dan energi baru sumber gambar www.tamanmini.com
Di TMII terdapat juga beragam taman yang mempresentasikan kekayaan flora dan fauna yang ada di Indonesia yang khas seperti anggrek, melati dan taman burung. sebagai sarana rekreasi keluarga TMII juga dilengkapi dengan beragam arena bermain seperti kereta gantung dan perahu angsa. 

Untuk informasi lebih lengkap, bisa mengunjungi situs resmi yaitu www.tamanmini.com. 

39 Tahun TMII 
Seiring waktu TMII tidak stagnan, selalu berbenah diri dan menghadirkan nuansa baru, entah dari acara/pageralan budaya, bertambahnya museum sesuai kebutuhan seperti kehadiran museum Asmat yang diresmikan tahun lalu dan gelanggang renang Show Bay. Tentu ini selaras dengan kondisi negera dan masyarakat yang bergerak maju selain agar tetap menarik sebagai eduwisata keluarga. Dengan tetap mengedepankan misinya yaitu merekatkan persatuan dan kesatuan bangsa. 

Kritik dan Saran Untuk TMII
Yang di sayangkan, banyak pengunjung yang 'nakal' dengan membuang sampah sembarangan, memetik bunga, sampai mencoret-coret tembok. Sangsi hukum harus dipertegas jika petugas melihat ini. sebagai bentuk menanamkan kesadaran bahwa TMII adalah aset bangsa yang harus dijaga kelestarian dan kenyamanannya. 

Oh ya satu lagi mengenai penggunaan anjungan untuk pesta perkawinan. Beberapa waktu lalu sepupu saya menggelar resepsi pernikahannya di anjungan sumatra barat. Ada rumor yang beredar, jika resepsi di anjungan TMII itu banyak tamu 'gelap'nya. makanya kami melebihkan jumlah porsi makanan. Tapi ternyata tamu tak diundang yang dirumorkan orang selama ini di luar bayangan. Mereka tanpa malu-malu mengantri mendesak tamu undangan resmi dengan pakaian  kotor dan lusuh. Yap, selain pedagang sekitar yang ikut mengantri, ada juga beberapa pengemis. Yang membuat tak nyaman bukan makanan yang mereka makan, tapi jumlahnya yang tak terduga, sehingga tamu udangan resmi dan keluarga yang datang jauh-jauh, tak kebagian walaupun mereka tidak keberatan tapi malu. Dan tentunya tak etis jika kami mengusir tamu tak diundang itu saat mereka mengantri. 

Banyaknya tamu tak diundang juga membuat was-was soal keamanan.

Saran saya, seharusnya pihak TMII memberikan servis kenyaman dan keamanan juga, tidak sekedar menyewakan anjungannya.

foto di samping anjungan sumatra barat saat pernikahan sepupu 

Diluar, kekurangannya, keberadaan TMII harus merasa dimiliki setiap warga negara karena TMII adalah aset milik bangsa. Alasan yang mengapa kita  harus menjaga TMII, sebagai aset bangsa milik bersama ;

1. Aset negara, keputusan presiden tahun 1977.

2. Objek vital nasional oleh menteri kebudayaan dan pariwisata tahun 2008.
3. Taman satwa taman konservasi oleh menteri kehutanan tahun 2010.
4. Wahana toleransi dan kerukunan umat oleh menteri agama tahun 2012.
5. Wahana keberagaman museum, inspirasi beradaban bangsa oleh menteri pendidikan dan kebudayaan tahun 2013.
6. Wahana perekat persatuan dan kesatuan bangsa oleh menteri dalam negeri (pengajuan tahun 2014).
7. Diajukan sebagai nominasi sebagai warisan budaya takbenda katagori best practices UNESCO oleh menteri pendidikan dan kebudayaan. 

Oh ya, seperti tahun - tahun sebelumnya,  setiap ulang tahunnya, 20 April, TMII menggratiskan tiket masuk. Selain itu  diadakan beragam kegiatan kebudayaan seperti pagelaran tari dan kesenian daerah. Tapi karena gratis jumlah pengunjung yang membludak, sampah yang dibuang sembarangan pun membludak. Bukan hanya pe-er untuk TMII tapi kita semua, untuk tak bosan mengkampanyekan buang sampah pada tempatnya. Hal yang terkesan sepele tapi berdampak besar.

Ingin kembali berkunjung 
Setelah makan siang, istirahat dan sholat, sesuai janji pada Azka, kami mengajaknya nonton di keong mas. Sayang saat di sana kamera kami kehabisan baterai jadi tak sempat berfoto-foto.

Sehari memang tak cukup untuk menjelajahi TMII ada banyak tempat yang ingin kami perkenalkan pada Azka, semua museum, semua anjungan daerah, semua tempat ibadah, taman burung, taman anggrek, taman melati,  tak lain tak bukan tujuannya selain sebagai media pembelajaran mengenal sejarah, budaya dan kekayaan bangsanya juga menjadi bekal (pengetahuan) agar jika  kelak bertemu/berinteraksi  dengan teman-temannya yang berasal dari suku yang berbeda tidak membuatnya merasa asing atau berbeda, tapi menyadari bahwa perbedaan adalah hal biasa dan indah. Seperti kedua orangtuanya,  walaupun berasal dari suku berbeda tetapi harmoni.




Kami sepakat mengagendakan kunjungan rutin ke  TMII bersama Azka dan adiknya Khalifah,  khususnya mengunjungi museum, anjungan dan berbagai taman yang khas.


Tulisan ini diikutsertakan dalam kompetisi Blog dan Jurnalistik 39 Tahun TMII 


referensi tulisan:

www.tamanmini.com
www.wikipedia.org

10 komentar:

  1. Waaah... saya terakhir ke TMII waktu SD kelas 4. Sekarang anak saya udah mau kelas 4 aja... wajib dibawa ke TMII nih, biar tau budaya Indonesia... *soalnya kalo dibawa keliling Indonesia, emaknya yang gak sanggup :P

    Sukses lombanya ya, rin :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha...sama pengennya emaknya keliling indonesia nich

      Hapus
  2. Udah lama gak ke TMII. Makin bagus ya, sekarang?

    BalasHapus
    Balasan
    1. masih banyak pengunjung yang buang sampah sembarangan mbak ;p

      Hapus
  3. Waah jadi pengen ajak 3boyz me TMII.
    Semoga sukses ngontesnya ya, Mak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayo mak k tmii, pasti seru bawa 3 anak, rempong heheh

      Hapus
  4. Foto-fotonya komplit, Mak. Untung diperpanjang ya lombanya :-)

    BalasHapus
  5. Waaah lengkap bgt infonya teh Rina....smoga menang kontesnya yaaaa....

    BalasHapus