Senin, 22 Desember 2014

Bu Wulan #PosBarHariIbu

Suatu hari 6 bulan lalu

Jam 6 pagi saya mengantarkan Azka ke sekolah. setelah memakaikan Azka baru menari  dan memastikan sudah duduk di barisan  antrian untuk di rias saya meninggalkannya, pulang ke rumah dengan langkah tergesa. Khawatir adiknya Khalif terbangun. Jarak dari rumah ke sekolah Azka cukup dekat bisa di tempuh dengan jalan kaki.

Hari itu hari perpisahan sekolah taman kanak-kanak, semua anak naik ke panggung menampilkan kreasi seni, menari dan menyanyi.

Azka akan tampil menari dengan beberapa temannya. Azka sangat suka menari, sebelumnya di ajang lomba menari antar tk seciputat Azka dan temannya-temannya menyandang gelar juara 3. Tak heran jika hari ini ia pun sangat antusias.

Jam setengah sembilan saya, abinya dan adiknya ke sekolah untuk menghadiri perpisahan kelas. Kami di sambut suasana meriah, lagu khas anak-anak, panggung yang hiasi balon dan anak-anak yang lari ke sana-kemari dengan dandanan cantik dan ganteng, memakai kostum untuk tampil di panggung.

Acara berlangsung meriah dan semua orangtua termasuk saya sibuk foto-foto.  Acara di tutup dengan pengumuman siswa-siswi berprestasi dan salaman antara guru, para siswa dan orangtua.

Suasana berubah menjadi haru dan saya tak menyangka Azka pun larut dalam suasana ini. Sepanjang perjalanan pulang Azka murung waktu kami tanya kenapa dia diam saja. Tapi saya bisa menebak kesedihannya. Azka sedih karena ini adalah hari terakhir bertemu teman-teman dan gurunya.

Kami menghibur dan mengatakan di sekolah baru nanti, Azka ketemu bu guru baru dan memiliki banyak teman baru.

Sampai rumah Azka langsung masuk kamarnya dan membenamkan dirinya ke tempat tidur. Saat saya lihat matanya berkaca-kaca.

“Aku sedih karena nanti ga ketemu bu Wulan lagi.” Bu Wulan adalah wali kelas Azka.
Kata Azka bu Wulan ga pernah marah.
“Kalau ada anak yang suka ganggu dan berisik di kelas bu Wulan ga marah?” tanya saya suatu hari.
“Marah tapi ga marah banget kayak Mama.”

Saya benar-benar tak menduga, perpisahannya dengan bu Wulan membuatnya sesedih itu terlebih Azka buka tipe anak yang melankolis alias gampang nangis untuk hal-hal yang berhubungan dengan emosi, cenderung keras.

Dari beberapa kali pertemuan dengan bu Wulan, saya menilai bu Wulan tipe bu guru yang pendiam, senyumnya malu-malu, bicaranya sopan dan halus. Tak heran jika semua murid-murid menyukai dan menyayanginya.

bu Wulan berkerudung coklat



Selasa, 16 Desember 2014

Kak Melati

Sehabis mandi sore, Azka mengenakan pakaian piyama lengan pendek favoritnya. Baju yang tadinya mau saya ‘buang’ karena warnanya sudah pudar dan ketat di tubuh Azka. Tapi Azka melarang katanya masih bagus dan adem. Ehm, baju katun makin lusuh memang makin enak di pakenya ya, adem.  Mungkin itu juga yang dirasakan Azka.
Tapi sore ini agak berbeda, karena Azka mengenakan kerudung warna coklat sambil berkata;

“Aku mau kayak kak Melati pake kerudung.”
“Oh iya bagus donk, tapi kalau dalam rumah ga pake juga ga apa-apa, Mama juga kalau di dalam rumah di buka.”

“Enggak akh, aku mau kayak kak Melati. Kak Melati di rumah juga di pake, aku pernah ngeliat, mau mandi aja di bukanya.”

Selang beberapa jam Azka mengeluh kegerahan. Saya menyarankan membuka kerudungnya. Azka menolak dan masuk ke kamar menyalakan AC. Tak tak ingat kapan tepatnya akhirnya Azka membuka kerudungnya yang pasti saat saya mengajaknya gosok gigi kerudungnya sudah di lepas.

Selang beberapa hari, saat Azka minta ijin akan main ke rumah temannya (masih dalam satu komplek perumahan). Azka mengenakan baju lengan pendek plus kerudung.

“Bajunya kok pendek?”

“Biarin akh, kak Melati juga pernah pake baju pendek, pake kerudung.”

Kak Melati adalah tetangga kami, anak kelas 2 smp, paras wajahnya manis karakternya ramah. Dia selalu menyapa jika bertemu saya di manapun.

Pe-er buat Mama, kurang menarik di jadikan role model oleh Azka  #ambilkaca.


Selasa, 02 Desember 2014

Mango Muffin


Salah satu ide mengajak main si kecil, karena jadwal nonton sudah selesai dan menolak di bacakan buku, di suruh main mobil-mobilan juga ga mau dan merajuk minta nonton lagi, semenatra teman main yaitu kakaknya sekolah, jadilah mengajaknya bikin kue. dan in biasanya cukup efektif, entah suka mencampur-campurnya atau mencicipi semua bahan. 

Percobaan ketiga bikin muffin, kali ini mango muffin, sesuai judulnya jadi muffin ini menambahkan mangga sebagai campurannya.

Kebetulan juga lagi musim buah mangga, buah favorit Khalifah, jadi selalu ada stok selama musim mangga, mumpung murah juga hehhe.

Resep saya ambil dari buku seri makanan favorit penerbit gramedia, penulisnya Ambarini.

Berikut resepnya;

Bahan;
375 g tepung terigu
2 1/2 sdt baking powder
1/2 sdt garam
100 g coklat putih, potong dadu kecil
150 g mangga arum manis, potong dadu kecil
2 butir telur
300 cc susu
125 g gula pasir (kalau saya di kurangi karena udah manis dari coklat dan gak suka terlalu manis)
150 g mentega cairkan



Cara membuat;
1. Ayak tepung terigu, baking powder dalam baskom. masukkan garam dan campur rata.
2. masukkan coklat putih dan mangga, aduk. buat kawah di tengahnya.
3. Campurkan terigu, gula pasir, susu dan mentega hingga rata. Tuang ke dalam kawah terigu aduk asal tercampur saja.
4. Siapkan cetakan muffin yang sudah di olesi margarin
5. Panggang dalam oven 15-20 menit. angkat.


Hasilnya kurang ngembang ;( . Analisa saya ini karena potongan mangga dan coklatnya kebesaran, bobot adonan otomatis nambah jadi pengembang kurang mampu membuat adonan ngembang saat di oven.