Rabu, 01 Oktober 2014

Berantem

Awalnya saya mengira jika memiliki dua anak berlainan jenis, periodik mereka berselisih karena rebutan barang atau cemburu bakal jarang, terlebih jika si kaka perempuan, katanya suka mengalah.
Ehm,tapi itu sedikit berlaku untuk Azka, dalam sehari berkali-kali berselisih,entah karena memperebutkan sesuatu atau memperebutkan hal yang tidak jelas yang biasanya di picu rasa saling cemburu. Suatu hari pernah mereka berselisih di sebuah toko buku, keduanya nangis, saling dorong aga rmenjauhi saya, gara-gara, Kaka Azka bilang,”Ini mama aku.” Sambil memeluk saya. Khalif langsung berteriak,”Bukan, ini mama aku.”


Adakalanya saya cool menghadapi keributan keduanya. Membiarkan keduanya rebutan sampai nangis, tapi tetap mengawasi untuk mencegah saling pukul dan dorong yang bisa membahayakan.Lebih seringnya membuat emosi J . Katanya ini memang masanya mereka saling cemburu tapi sebenarnya mereka saling menyayangi.  Dan kalimat itu memang terbukti, suatu hari mereka berantem (menyebabnya saya lupa) keduanya merengek dan tak mau kalah, pada saat bersamaan saya hendak sholat (sudah wudhu), emosi saya agak tersulut nih dengan alasan menahan diri saya diam saja, masuk kamar lalu mengunci pintu untuk sholat.

Menyadari saya mengunci diri, terdengar tangisan Khalifah nangis di susul permintaan tolongnya pada Kaka.


Tak lama terdengar Kaka bicara,”Cup-cup, sini De sama Kaka, mamanya sholat dulu.”

Tak perlu khawatir berlebihan jika mereka berselisih walaupun begitu tetap tanamkan untuk saling berbagi, ada yang harus mengalah, rukun dan saling menyayangi.

4 komentar:

  1. Saya setuju sekali, Mbak, tak perlu sikap berlebihan, termasuk bila berantem dengan temannya. Namun, penanaman sikap yang lebih baik dan dilakukan dengan kelembutan biasanya lebih mengena dalam kesadarannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju banget sama yang dibilang mas akhmad, mba.. anak lebih baik diberi pengertian lewat kelembutan..

      Hapus
  2. sampe sekarang aja, anak2 saya masih suka saling mengklaim 'Ini bunda aku.' Saya juga berusaha untuk tidak bersikap berlebihan. Apalagi kalau saya gak jelas pangkal permasalahannya, biasanya saya cuma jadi pengamat dan mengarahkan. Biarkan mereka mencari solusinya sendiri

    BalasHapus
  3. hihihihi, membaca ini jadi teringat masa kecil dulu mbak, yang sering berantem sama temen. Paginya musuh-musuhan tapi sorenya sudah baikan lagi, tanpa perantara. Begitulah anak kecil... :)

    BalasHapus