Senin, 05 Mei 2014

Tetaplah Tersenyum, Nak...


Setelah menonton Rinso Kids Today Project di atas, saya jadi teringat ekspresi Azka Zahra (6y) putri kami,  tiga hari lalu. Waktu itu dia merengek minta main air banjir. Perumahan kami memang selalu tergenang banjir setiap kali hujan tapi tak pernah sampai masuk rumah, air itu berasal dari luapan saluran air. Saya tidak langsung meluruskan permintaanya. Minggu-minggu pertama kami pindah ke sini, sekitar 10 bulan lalu, kami suka meluruskan permintaan mereka main air banjir, alasannya biar mereka merasakan sensasinya.

main banjir
Namun dengan pertimbangan kesehatan, periode itu kami kurangi sampai akhirnya melarangnya. Kalau pun memberi ijin  main hujan-hujanan tidak di depan rumah, tapi di pekarangan belakang yang berlantai semen, jadi  tidak terkontaminasi air banjir.

Saya melongokkan badan melalui daun pintu. Hujan  sudah reda, air di depan rumah sudah menurut tinggal semata kaki.
“Mama, tapi kan aku sudah lama tidak main banjir? Ya, ma...ya, ma
“Oke, tapi sebentar.”

Seketika mata Azka terbelalak detik berikutnya berteriak sambil berbalik,”Horee!”

Satu jam berikutnya saya menggerutui Azka karena ternyata dia tidak sekedar main air, tapi setengah berenang, setengah badan dan bajunya  penuh lumpur. Azka menekuk wajahnya saat saya menggerutuinya.

Saat menonton video  dan menuliskan ini, Azka sedang sekolah. Saya ingin memeluknya dan meminta maaf.

Saya baru sadar jika setiap anak memiliki wajah ‘bermain’. Ya, saya melihat kebahagian, rasa excited, dan mendengar renyahnya tawa si kecil  saat bermain tapi tak pernah bersungguh-sungguh berpikir apa sesungguhnya yang ada di benak mereka. Sebesar apakah kebahagian yang mereka pancarkan di raut wajahnya saat itu. Dan sebesar apa rasa kecewa dan sakit hatinya jika saat menggerutu atau memarahinya saat mereka pulang dengan  pakaiannya kotor atau membuat rumah menjadi berantakan.

Saya membuka album foto di komputer, mencari-cari ekspresi wajah bermain keduanya .

wajah 'bermain' Azka
wajah 'bermain' Khalif
Dan bukan sekedar wajah bermain yang saya lihat, juga  apa yang tengah mereka  pelajari. Belajar bersosialisasi dengan teman sebaya, belajar mencuci, belajar bagaimana terjadi hujan dan banjir, belajar makan sendiri, belajar berenang dan berkhayal. Belajaran yang tidak bisa di dapat dengan hanya duduk manis dan berpakaian rapih.

Semoga saya selalu diingatkan dan diberi kesabaran, saat mereka menghampiri dengan wajah 'bermain' namun dalam keadaan kotor atau membuat rumtah berantakan, bahwa mereka tak sekedar bermain tapi mengecap pengalaman baru, berpetualang dan belajar. Dan mereka butuh dukungan saya sebagai orangtuanya, karena besok dan besok dan besok mereka akan ‘berpetualang’ kembali. Playing is the beginning knowledge. Saya ingin melihat wajah 'bermain' mereka setiap hari, sebelum waktu bergegas menarik mereka menjadi dewasa.

urusan baju kotor serahkan pada ahlinya :)

Tulisan ini diikutsertakan dalam kompetisi blog #KidsTodayProject Rinso Indonesia

7 komentar:

  1. Saya juga merasa diingat kan membaca ini..bahwa anak memang dunia nya bermain dengan begitu dia jadi kreatif dan kuat..:) Salam Kenal mak

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul mak....ternyata butuh kesabaran luas untuk bisa menerima mereka kotor dan membuat rumah berantakan setiap hari heheh

      Hapus
  2. hihi iya ya, kadang kita suka ga merhatiin excitednya anak kita :)
    mulai sekarang beneran mau perhatiin "wajah bermain" aah :))

    BalasHapus