Rabu, 10 April 2013

Mereka Ingin Membuat Saya Bangga

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis Moms Happiest Moment Female Circle tapi kalah :(

Komitmen saya, bekerja tidak boleh melunturkan kelekatan saya dengan anak-anak, Azka Azzahra (5y) dan Khalifah Ahsan (1y6m). Saya dan suami harus jadi role model untuk mereka dan  kami harus membentuk karakter mereka.  Ada dua ritual pagi yang saya lakukan untuk mempererat bonding kami. Pertama,  mengiakan tawaran Azka membantu menyiapkan sarapan yang artinya  harus bersiap dengan kesabaran ekstra. Bersiap dengan tumpahan susu, parutan keju, taburan meses – yang lebih seringnya tertabur di lantai – mentega yang mengenai tangan bahkan bajunya.  Ritual kedua adalah mengajak anak-anak berkeliling satu blok dengan sepeda motor sebelum saya pergi ke kantor lalu kami berpelukan sebelum berpisah. Dan Azka selalu berpesan,”Hati-hati di jalan ya, Ma.” Keharuan selalu menyeruak setiap kali Azka mengatakan itu. Kalimat itu akan diulangnya dengan setengah berteriak sampai saya hilang di belokan dan tak terlihat lagi olehnya. 

Sementara Khalif menangisi kepergian saya. Ya, terhitung sejak usianya 10 bulan, Khalif mulai mengerti saya tinggal bekerja. Tangisan yang membuat saya diliputi rasa bersalah. Tapi saat ini, kami pikir inilah pilihan terbaik untuk semua.



Jika di rumah seluruh waktu dan perhatian kami untuk mereka.  Saat libur sabtu minggu atau tanggal merah adalah saat yang kami tunggu-tunggu. Azka pun kerap bertanya,”Mama hari  sabtu minggu libur ya? Ini hari apa? Segini lagi (Azka mengacungkan beberapa jari tangan) liburnya ya?”

Walaupun untuk itu,  kami, saya dan suami, harus menunggu  mereka tidur untuk bisa menikmat waktu berdua, leyeh-leyeh, me time bahkan nonton.

Tapi kelelahan itu terbayar, karena selalu ada hal lucu, menggemaskan bahkan membuat kami tercengang dengan tingkah polah mereka.  ketidakhadiran saya di rumah setiap saat membuat saya bukan orang pertama yang menyaksikan  golden moment mereka, tapi keinginan anak-anak untuk dengan sengaja menunjukkan kemampuan barunya di depan saya  adalah hal yang luar biasa.

Seperti saat Azka berusia 2 tahun (kini usia Azka 4y7m), yang tiba-tiba meletakkan kedua telapak tangan mungilnya di pipi saya dan berkata,”Mama sayang?” belum sempat saya mengangguk saya berkata,”Aska juga sayang mama.”

Beberapa waktu lalu, sepulang kerja saya di sambut dengan langkah tertatih-tatih Khalif (1y3m) tanpa berpegangan. Khalif tersenyum lebar menatap saya. Yap, hari itu, tgl 10 januari 2013 adalah hari pertama Khalif melangkahkan kakinya tanpa pegangan. Saya bukan orang pertama yang menyaksikan tapi senyum lebar Khalif sambil menatap saya cukup menjadi bukti bahwa dia ingin menunjukkan kemampuannya pada saya.

Mereka  ingin membuat saya bangga karena saya selalu ada di hati mereka.   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar