Menonton video kids Today Project yang di gagas
Rinso membuat saya merenung. Bagaimana kedua si kecil saya beradaptasi dengan
‘keriuhan’ kota besar di mana mereka tinggal.
Bisa dikatakan, saya memaksa anak-anak beradaptasi. Dari soal macet,
banjir, dan pembatasan area bermain karena khawatir adannya pelaku
kejahatan dan penculikan.
Si kecil Azka sudah merasai berdesakan di
komuterline dan busway. Dengan polosnya dia berteriak,”Mama, panas banget sih!”
“Mama, kok bisnya gak jalan-jalan. “
Pada saat bersamaan, Azka memasuki tahap merasa
dirinya sudah besar dan bisa melakukan segalanya sendiri, termasuk melindungi
diri sendiri.
“Kalau gak ada penculik aku boleh pergi sendiri
ke mana-mana ya, Ma.”
“Iya.”
“Kalau aku nanti jadi polisi, aku tangkap semua
penculik anak kecil.” Yap, si kecil Azka ingin bisa bermain, ke warung,
dan sepeda keliling komplek sendiri
dengan rasa aman tak heran, Azka kerap berkhayal jika sudah besar Azka ingin menangkap penculik dan
pelaku kejahatan, menjadi polisi. Walaupun
cita-citanya masih berubah-rubah tapi jika menyangkut kata penjahat dan penculik, seketika keinginannya menjadi
polisi mencuat.
Keamanan anak-anak tanggung jawab siapakah?
Saya yakin, semua orangtua
khususnya yang memiliki anak kecil, memiliki kekhawatiran yang sama dengan dengan saya. Apakah
anak-anak kita aman saat melepaskan untuk bersekolah dan main? Terlebih setelah ada beberapa kasus
pelecehan seksual terhadap anak baru-baru ini.
Anak-anak umumnya belum menyadari bahaya pelecehan seksual yang mengintai mereka karena mereka belum paham. Seperti rentetan pertanyaan Azka (6y) saat
saya menerangkan soal bagian tubuhnya yang harus di tutup dan dilindungi.
Kenapa di sebut daerah pribadi,
Ma? Kenapa orang mau memegangnya, Ma? Di
sakiti gimana, Ma?
Menurut saya rasa aman yang
dibutuhkan seorang anak agar bisa menikmati masa ‘bermainnya’ dan tumbuh
kembangnya optimal, haruslah di bangun secara kolektif, tidak cukup dengan
pembekalan dari orangtua, sistem harus mendukung. Menciptakan sistem agar
sekolah aman dari kasus pelecehan seksual dan kekerasan. Bukan hanya
mengandalkan teknologi tapi membangun komunikasi antara guru, murid dan wali
murid dengan intens dan efektif. Mungkin di sini peran POMG (persatuan orangtua murid dan guru) yang ada
di tiap sekolah perlu ditingkatkan.
Dan sistem dalam pemerintahan
yang mendukung agar pelaku pelecehan seksual dan kekerasan pada anak dihukum
berat.
Saya berharap video Rinso Kids
Today Project ini menggugah semua pihak, bahwa anak-anak perlu dukungan kita,
orangtua dan sistem, untuk beradaptasi dengan ‘keriuhan’ kota dan menciptakan
rasa aman untuk tumbuh kembangnya.
Anak adalah tunas dan generasi
penerus bangsa, apa jadinya jika sebagian dari mereka tumbuh dalam kondisi
trauma atau kungkungan ketakutan karena sistem tidak mendukung mereka merasa aman? Masa bermain mereka akan hilang yang artinya
salah satu proses pembelajaran alamiah mereka mati.
Tulisan ini diikutsertakan dalam kompetisi blog #KidsTodayProject Rinso Indonesia
Tulisan ini diikutsertakan dalam kompetisi blog #KidsTodayProject Rinso Indonesia
Kota tak lebih aman dari hutan. Tanggung jawab bersama melindungi anak2
BalasHapusyap, semoga dengan banyaknya kasus kejahatan dengan korban anak-anak membuat semua pihak aware...termasuk dalam segi hukum
HapusYup betul mbak...Rasa tak aman selalu mengintai kehidupan anak-anak di kota. Beda ya sama kehidupan kita jaman dahulu.
BalasHapusduh jaman dulu itu....masa anak-anak kita enjoy banget ya, main bareng teman-teman lari ke sana kemari dan relatif aman
HapusBener banget Mak. Zaman sekarang kota sama sekali gak aman buat siapa aja. Apalagi anak-anak. Semoga kita bisa selalu melindungi anak-anak kita....
BalasHapusamin....miris tiap lihat berita dengan korban kejahatan anak-anak...
Hapus