Kunjungan ke Museum Indonesia di TMII
foto dokumentasi pribadi |
Beberapa waktu lalu kami
mengajak di kecil Azka Zahra (5y6m) ke Museum Indonesia di Taman Mini Indonesia
Indah (TMII). Awalnya sempat ragu mengajak Azka ke sana. Apa tidak akan membuatnya
bosan karena apa yang dilihatnya di sana mungkin tidak menarik untuknya? Apa
tidak akan membuatnya pusing karena apa yang dilihatnya tidak ia pahami
maksudnya? Tapi ternyata kami salah. Azka antusias pada setiap artepak dan
manikem yang dilihatnya. Terlebih ketika kami
sampai di bagian kekhasan daerah yang dimiliki saya dan Abinya
(panggilan Azka untuk papanya). Ini lho baju padang, ini lho baju khas sunda,
ini lho alat musik angklung, gamelan dan seterusnya.
Yap, saat menginjak usia
batita dan Azka mulai memahami apa yang didengarnya, dilihat dan diucapkannya,
Azka mulai sadar jika mama dan Abinya
‘beda’. Ia terheran-heran saat di Bandung (berlibur atau mudik) saya bicara
dalam bahasa sunda dengan seluruh kerabat dan anggota keluarga di sana. Saat di
Jakarta, Azka mengernyitkan dahi dengan bahasa dan logat bicara Abi dan kerabat
di sana.
“Itu bahasa Inggris, Ma?
Tapi kok gitu?” tanya Azka yang lebih familiar dengan bahasa Inggris karena
film-film edukasi yang di tontonnya berbahasa Inggris.
Lalu kami jelaskan bahwa
itu adalah itu adalah bahasa daerah. Saya jelaskan pula bahwa Mama (saya)
berasal dari Sunda dan Abinya dari Minang.
Sejak itu, jika
menemukan kosakata bahasa daerah baru yang didengarnya, Azka langsung
mengaplikasikannya dalam percakapan sehari-hari di rumah campur dengan bahasa indonesia, tentu saja
lebih sering tidak nyambung karena dia sendiri tidak tahu apa arti bahasa sunda
yang diucapkannya.
Saat di museum
Indonesia TMII, kami memperkenalkan pada
Azka bahwa bukan hanya bahasa Sunda dan Minang yang ada di Indonesia tapi juga
ada yang disebut bahasa Jawa, Batak, dst. Dan setiap bahasa itu dimiliki dan
digunakan di daerah – daerah tertentu.
Selain memiliki bahasa berbeda, pakaian khasnya pun berbeda.
Konsep baju adat dipahami Azka setelah saya menunjukkan
fotonya saat mengenakan pakaian adat
beberapa tahun lalu, saat kerabat Abinya menikah.
Museum Indonesia,
terdiri dari tiga lantai. Lantai satu bertema Bhineka Tunggal Ika, berisi
beragam manikem berbaju daerah, baju pengantin, alat musik tradisional.
foto dokumentasi pribadi |
Lantai dua, bertema
Manusia dan Lingkungan. Memamerkan beragam artepak yang digunakan dalam
keseharian dari tiap daerah.
foto dokumentasi pribadi |
Lantai ketiga, bertema
Seni dan Kriya. Memamerkan beragam hasil karya seni khas daerah.
foto dokumentasi pribadi |
Dari museum Indonesia kami menuju museum Asmat. Di sini Azka cukup antusias karena ada
penampilan tari yang di lakukan beberapa pengunjung.
foto dokumentasi pribadi |
Mengajak Azka ke museum
menyadarkan saya bahwa benar yang dikatakan pakar psikolog atau pendidikan
anak-anak, kemampuan dan daya tanggap anak-anak tak terduga dan seperti spoon.
Rasa ingin tahunya yang begitu besar mengalahkan ketidakmengertian dan rasa
bosan. Azka pun jadi bertambah pengetahuannya.
TMII Perekat Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Museum Indonesia dan museum Asmat adalah dua dari 16 museum yang ada di TMII.
TMII mulai di bangun pada tahun 1972 dan diresmikan pada 20 April 1975. Ide pembangunannya di cetuskan oleh Tien Soeharto istri Presiden RI saat itu yaitu Soeharto. Tujuannya agar keberadaan TMII membangkitkan rasa bangga dan cinta tanah air.
TMII merupakan miniatur dan rangkuman dari kebudayaan yang ada di Indonesia. Dari mulai rumah adat, pakaian, tari daerah, alat musik dan aspek keseharian. Yang diwujudkan dalam bentuk anjungan daerah. Jumlah anjungan daerah mewakili banyaknya profensi yang ada di Indonesia yaitu 33. Selain anjungan yang mempresentasikan budaya daerah, terdapat juga beragam tempat ibadah yang merupakan tempat ibadah dari agama-agama yang dianut masyarakat.
TMII Perekat Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Museum Indonesia dan museum Asmat adalah dua dari 16 museum yang ada di TMII.
TMII mulai di bangun pada tahun 1972 dan diresmikan pada 20 April 1975. Ide pembangunannya di cetuskan oleh Tien Soeharto istri Presiden RI saat itu yaitu Soeharto. Tujuannya agar keberadaan TMII membangkitkan rasa bangga dan cinta tanah air.
TMII merupakan miniatur dan rangkuman dari kebudayaan yang ada di Indonesia. Dari mulai rumah adat, pakaian, tari daerah, alat musik dan aspek keseharian. Yang diwujudkan dalam bentuk anjungan daerah. Jumlah anjungan daerah mewakili banyaknya profensi yang ada di Indonesia yaitu 33. Selain anjungan yang mempresentasikan budaya daerah, terdapat juga beragam tempat ibadah yang merupakan tempat ibadah dari agama-agama yang dianut masyarakat.
peta TMII |
Sebagai sebuah eduwisata, diharapkan khususnya generasi muda dan anak-anak tidak sekedar tahu mengenai beragam kebudayaan daerah tapi memahami bahwa dengan begitu banyak perbedaan yang dimiliki setiap daerah bukan halangan untuk bersatu. Dan ada juga taman kebudayaan Tionghoa, budaya yang tidak bisa dilepaskan pengaruhnya pada negara ini selain karena sebagian masyarakat Indonesia adalah keturunan Tionghoa. Keberadaan TMII menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa.
TMII Kolaborasi Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan Teknologi
Selain anjungan yang mempresentasikan budaya daerah, di TMII terdapat juga beragam tempat ibadah yang merupakan agama-agama yang dianut masyarakat. Dari 16 museum yang ada di TMII tidak hanya museum bertema budaya, ada juga museum teknologi dan ilmu pengetahuan, seperti museum transportasi, listrik, energi baru, telekomunikasi dan penerbangan. Ini menunjukkan bahwa kebudayaan tidak bisa dipisahkan dari ilmu pengetahuan dan teknologi. keduanya berkolaborasi mewujudkan masyarakat yang maju dan berbudaya.
Di TMII terdapat juga beragam taman yang mempresentasikan kekayaan flora dan fauna yang ada di Indonesia yang khas seperti anggrek, melati dan taman burung. sebagai sarana rekreasi keluarga TMII juga dilengkapi dengan beragam arena bermain seperti kereta gantung dan perahu angsa.
Untuk informasi lebih lengkap, bisa mengunjungi situs resmi yaitu www.tamanmini.com.
39 Tahun TMII
Seiring waktu TMII tidak stagnan, selalu berbenah diri dan menghadirkan nuansa baru, entah dari acara/pageralan budaya, bertambahnya museum sesuai kebutuhan seperti kehadiran museum Asmat yang diresmikan tahun lalu dan gelanggang renang Show Bay. Tentu ini selaras dengan kondisi negera dan masyarakat yang bergerak maju selain agar tetap menarik sebagai eduwisata keluarga. Dengan tetap mengedepankan misinya yaitu merekatkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Kritik dan Saran Untuk TMII
Yang di sayangkan, banyak pengunjung yang 'nakal' dengan membuang sampah sembarangan, memetik bunga, sampai mencoret-coret tembok. Sangsi hukum harus dipertegas jika petugas melihat ini. sebagai bentuk menanamkan kesadaran bahwa TMII adalah aset bangsa yang harus dijaga kelestarian dan kenyamanannya.
Oh ya satu lagi mengenai penggunaan anjungan untuk pesta perkawinan. Beberapa waktu lalu sepupu saya menggelar resepsi pernikahannya di anjungan sumatra barat. Ada rumor yang beredar, jika resepsi di anjungan TMII itu banyak tamu 'gelap'nya. makanya kami melebihkan jumlah porsi makanan. Tapi ternyata tamu tak diundang yang dirumorkan orang selama ini di luar bayangan. Mereka tanpa malu-malu mengantri mendesak tamu undangan resmi dengan pakaian kotor dan lusuh. Yap, selain pedagang sekitar yang ikut mengantri, ada juga beberapa pengemis. Yang membuat tak nyaman bukan makanan yang mereka makan, tapi jumlahnya yang tak terduga, sehingga tamu udangan resmi dan keluarga yang datang jauh-jauh, tak kebagian walaupun mereka tidak keberatan tapi malu. Dan tentunya tak etis jika kami mengusir tamu tak diundang itu saat mereka mengantri.
Banyaknya tamu tak diundang juga membuat was-was soal keamanan.
Saran saya, seharusnya pihak TMII memberikan servis kenyaman dan keamanan juga, tidak sekedar menyewakan anjungannya.
taman budaya tionghoa sumber gambar www.tamanmini.com |
Selain anjungan yang mempresentasikan budaya daerah, di TMII terdapat juga beragam tempat ibadah yang merupakan agama-agama yang dianut masyarakat. Dari 16 museum yang ada di TMII tidak hanya museum bertema budaya, ada juga museum teknologi dan ilmu pengetahuan, seperti museum transportasi, listrik, energi baru, telekomunikasi dan penerbangan. Ini menunjukkan bahwa kebudayaan tidak bisa dipisahkan dari ilmu pengetahuan dan teknologi. keduanya berkolaborasi mewujudkan masyarakat yang maju dan berbudaya.
museum listrik dan energi baru sumber gambar www.tamanmini.com |
Untuk informasi lebih lengkap, bisa mengunjungi situs resmi yaitu www.tamanmini.com.
39 Tahun TMII
Seiring waktu TMII tidak stagnan, selalu berbenah diri dan menghadirkan nuansa baru, entah dari acara/pageralan budaya, bertambahnya museum sesuai kebutuhan seperti kehadiran museum Asmat yang diresmikan tahun lalu dan gelanggang renang Show Bay. Tentu ini selaras dengan kondisi negera dan masyarakat yang bergerak maju selain agar tetap menarik sebagai eduwisata keluarga. Dengan tetap mengedepankan misinya yaitu merekatkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Kritik dan Saran Untuk TMII
Yang di sayangkan, banyak pengunjung yang 'nakal' dengan membuang sampah sembarangan, memetik bunga, sampai mencoret-coret tembok. Sangsi hukum harus dipertegas jika petugas melihat ini. sebagai bentuk menanamkan kesadaran bahwa TMII adalah aset bangsa yang harus dijaga kelestarian dan kenyamanannya.
Oh ya satu lagi mengenai penggunaan anjungan untuk pesta perkawinan. Beberapa waktu lalu sepupu saya menggelar resepsi pernikahannya di anjungan sumatra barat. Ada rumor yang beredar, jika resepsi di anjungan TMII itu banyak tamu 'gelap'nya. makanya kami melebihkan jumlah porsi makanan. Tapi ternyata tamu tak diundang yang dirumorkan orang selama ini di luar bayangan. Mereka tanpa malu-malu mengantri mendesak tamu undangan resmi dengan pakaian kotor dan lusuh. Yap, selain pedagang sekitar yang ikut mengantri, ada juga beberapa pengemis. Yang membuat tak nyaman bukan makanan yang mereka makan, tapi jumlahnya yang tak terduga, sehingga tamu udangan resmi dan keluarga yang datang jauh-jauh, tak kebagian walaupun mereka tidak keberatan tapi malu. Dan tentunya tak etis jika kami mengusir tamu tak diundang itu saat mereka mengantri.
Banyaknya tamu tak diundang juga membuat was-was soal keamanan.
Saran saya, seharusnya pihak TMII memberikan servis kenyaman dan keamanan juga, tidak sekedar menyewakan anjungannya.
foto di samping anjungan sumatra barat saat pernikahan sepupu |
Diluar, kekurangannya, keberadaan TMII harus merasa dimiliki setiap warga negara karena TMII adalah aset milik bangsa. Alasan yang mengapa kita harus menjaga TMII, sebagai aset bangsa milik bersama ;
1. Aset negara, keputusan presiden tahun 1977.
2. Objek vital nasional oleh menteri kebudayaan dan pariwisata tahun 2008.
3. Taman satwa taman konservasi oleh menteri kehutanan tahun 2010.
4. Wahana toleransi dan kerukunan umat oleh menteri agama tahun 2012.
5. Wahana keberagaman museum, inspirasi beradaban bangsa oleh menteri pendidikan dan kebudayaan tahun 2013.
6. Wahana perekat persatuan dan kesatuan bangsa oleh menteri dalam negeri (pengajuan tahun 2014).
7. Diajukan sebagai nominasi sebagai warisan budaya takbenda katagori best practices UNESCO oleh menteri pendidikan dan kebudayaan.
Oh ya, seperti tahun - tahun sebelumnya, setiap ulang tahunnya, 20 April, TMII menggratiskan tiket masuk. Selain itu diadakan beragam kegiatan kebudayaan seperti pagelaran tari dan kesenian daerah. Tapi karena gratis jumlah pengunjung yang membludak, sampah yang dibuang sembarangan pun membludak. Bukan hanya pe-er untuk TMII tapi kita semua, untuk tak bosan mengkampanyekan buang sampah pada tempatnya. Hal yang terkesan sepele tapi berdampak besar.
Ingin kembali berkunjung
Setelah makan siang, istirahat dan sholat, sesuai janji pada Azka, kami mengajaknya nonton di keong mas. Sayang saat di sana kamera kami kehabisan baterai jadi tak sempat berfoto-foto.
Sehari memang tak cukup untuk menjelajahi TMII ada banyak
tempat yang ingin kami perkenalkan pada Azka, semua museum, semua anjungan
daerah, semua tempat ibadah, taman burung, taman anggrek, taman melati, tak lain tak bukan tujuannya selain sebagai media
pembelajaran mengenal sejarah, budaya dan kekayaan bangsanya juga menjadi
bekal (pengetahuan) agar jika kelak bertemu/berinteraksi dengan
teman-temannya yang berasal dari suku yang berbeda tidak membuatnya merasa
asing atau berbeda, tapi menyadari bahwa perbedaan adalah hal biasa dan indah.
Seperti kedua orangtuanya, walaupun
berasal dari suku berbeda tetapi harmoni.
Kami sepakat
mengagendakan kunjungan rutin ke TMII bersama Azka dan adiknya Khalifah, khususnya mengunjungi museum, anjungan dan berbagai taman yang khas.
Tulisan ini diikutsertakan dalam kompetisi Blog dan Jurnalistik 39 Tahun TMII
referensi tulisan:
www.tamanmini.com
www.wikipedia.org
Tulisan ini diikutsertakan dalam kompetisi Blog dan Jurnalistik 39 Tahun TMII
referensi tulisan:
www.tamanmini.com
www.wikipedia.org
Waaah... saya terakhir ke TMII waktu SD kelas 4. Sekarang anak saya udah mau kelas 4 aja... wajib dibawa ke TMII nih, biar tau budaya Indonesia... *soalnya kalo dibawa keliling Indonesia, emaknya yang gak sanggup :P
BalasHapusSukses lombanya ya, rin :)
haha...sama pengennya emaknya keliling indonesia nich
HapusUdah lama gak ke TMII. Makin bagus ya, sekarang?
BalasHapusmasih banyak pengunjung yang buang sampah sembarangan mbak ;p
HapusWaah jadi pengen ajak 3boyz me TMII.
BalasHapusSemoga sukses ngontesnya ya, Mak :)
ayo mak k tmii, pasti seru bawa 3 anak, rempong heheh
HapusFoto-fotonya komplit, Mak. Untung diperpanjang ya lombanya :-)
BalasHapusiya...
HapusWaaah lengkap bgt infonya teh Rina....smoga menang kontesnya yaaaa....
BalasHapusamin ....thank u deb...
Hapus