Peran Ibu
Ibu memiliki peran lebih besar
dalam tumbuh kembang anak walaupun ia berperan juga sebagai Ibu bekerja. Itu
saya rasakan saat masih bekerja. Saya yang membuat aturan detail untuk pengasuh
putri kami Azka Zahra (5y 7m) dan
Khalifah Ahsan (2y)mengenai lamanya menonton, harus main di luar rumah setiap
pagi atau sore hari jadi bisa berinteraksi dengan teman sebaya atau
mengeksplorasi lingkungan sekitarnya, tidak boleh banyak melarang jika ana-anak
ingin mencoba hal baru selama tidak berbahaya dan bisa dijaga. Saya pun akan
menanyakan bagaimana makannya hari ini? Lahap? Makanan apa yang paling
disukainya di menu hari ini? Tahu dan telur orek? Sup? Filet ikan goreng?
Itu saja belum cukup, saya suka
mencocokkan perkembangan anak-anak dengan
pengetahuan yang saya dapat di buku atau majalah bertema Parenting.
Bukan berarti Ayah tidak berperan
hanya porsinya tidak sebesar Ibu. Alhamdulillah Papanya tidak lepas tangan, dia
suka mengoreksi dan mengevaluasi perkembangan anak-anak. Namun jangan membayangkan
Papa mencatat dengan detail perkembangan anak-anak dan mencocokkannya dengan Denver
Chart ya hehehe . Yang dilakukan Papanya lebih pada
evaluasi saat melihat/mendengar hal negatif dari anak-anak. Misalnya ketika
Azka bilang gak bisa padahal belum mencoba, takut hantu (siapa yang
nakut-nakutin Azka sama hantu, teman atau mungkin mamanya yang nakut-nakutin J)
dst.
Alarm jadi Ibu yang
Baik
Setelah bisa mendampingin
anak-anak sepanjang hari ( bulan Juni lalu saya memutuskan resign) ternyata
bukan hal mudah menerapan semua pengetahuan parenting agar perkembangan kemampuan
kognitif dan afektif anak-anak tumbuh secara maksimal. Dibutuhkan kesabaran dan
konsistensi yang kuat. Menahan diri tidak menaikkan intonasi suara ketika si
kecil membantah atau menolak permintaan kita untuk membereskan mainannya atau melakukan kesalahan. Harus
super sabar dan konsisten ketika si kecil tantrum karena keinginannya tidak
dipenuhi.
up grade pengetahuan jadi ibu dari beragam buku, majalah, website parenting atau talkshow |
Sayang, saya tidak bisa menghadiri acara talkshow yang diadakan Sarihusada, kamis lalu di Kidzania (17 okt 2013) karena alasan klasik, art pulkam sedangkan Papanya kerja.
Jujur, saya kadang kesal juga rumah selalu tidak rapih, anak-anak seenaknya main air pagi, siang sore atau mengangkut karpet, batal, selimut dari kamar ke ruang tengah. Tapi harus sabar dan menasehai bukan ngomel itu butuh usaha keras. Untuk meredakan emosi biasanya saya menarik nafas berkali-kali, memejamkan mata dan menyebut matra sabar...sabar...
Saya dan suami sepakat apapun
cita-cita anak kami kelak akan selalu didukung selama itu baik. Artinya saya
dan suami tidak mendoktrin anak-anak dengan satu profesi tertentu. Jadi kami selalu support khayalan Azka menjadi apa kelak jika sudah
besar dengan memberinya penjelasan. Saat mengajaknya ke kebun binatang Azka
ingin jadi dokter binatang, saat melihat dan menikmati kue enak Azka ingin jadi
juru masak, saat naik kereta api Azka ingin jadi supir kereta api J
waktu di Kidzania, cita-cita Azka berubah lagi :) |
Ya apapun cita-citanya, saat
golden agenya kini, kami harus menstimulasi dan memupuk mereka dengan karakter
seorang pemimpin kecil. Karekter ini
yang kelak menentukan kesuksesan mereka dalam kehidupan sosial bermasyarakat.
Stimulasi untuk Pemimpin Kecil
Beberapa sifat pemimpin kecil versi
saya di antaranya; sehat dan cerdas, ingin memimpin, memiliki rasa tanggung jawab, berani, kreatif,
mandiri, gigih, percaya diri,
imajinatif, ramah, suka menolong, bisa menahan diri, aktif dan kritis.
Sebagian sifat itu sudah dimiliki
Azka, sebagian masih harus distimulasi karena kurang malah belum nampak. Oh ya,
ditulisan ini saya hanya menceritakan stimulasi yang sudah dan akan dilakukan
untuk Azka Zahra saja.
Sehat dan Cerdas
Kesadaran untuk mengkonsumsi
makanan bergizi agar anak sehat dan cerdas, saya mulai sejak merencanakan
kehamilan karena pembentukan otak si kecil dimulai sesaat setelah konsepsi dan
berlangsung sampai 2-3 tahun pertama kehidupannya. Memasuki usia balita, asupan makanan dengan
kandungan gizi seimbang antara karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral
dan susu sebagai penyempurna. beberapa Ibu ada yang masih berpendapat pemberian susu pada anak selesai saat ASI selesai (2 tahun) pada konsumsi susu dengan kelengkapan kandungan gizinya sangat diperlukan anak untuk perkembangan otaknya selain mencegah anak
mengalami mal nutrisi.
Hal yang terduga lain setelah
menjadi Ibu adalah ternyata tidak mudah (bagi saya) memberi anak-anak makan.
Ada masanya mereka gak mau makan, untuk menyiasatinya saya memasak lebih dari
dua macam makanan dadakan atau mencoba resep baru. Saya tidak anti makanan instan tapi sangat-sangat membatasinya, hanya keadaan 'darurat' :)
chicken nugget sayur home made |
Alhamdulillah selera makan Azka kini tidak membuat saya bingung. Tinggal Khalif
yang masih uji coba makanan dan olahannya yang dia suka.
Selain memperhatikan asupan makanan, saya juga menstimulasi kecerdasan anak-anak dengan beragam permainan. seperti kata pepatah, playing is the beginning knowledge.
Keinginan Memimpin
Keinginan memimpin sudah terlihat
pada Azka jika bermain dengan teman sebaya atau yang lebih kecil, Azka suka
mengatur dan selalu ingin jadi yang diikuti. Tapi jika bermain dengan teman yang usianya di
atas (kebetulan beberapa tetangga kami anaknya sudah sd), Azka lebih sering
jadi ‘anak bawang’. Azka kadang terlihat kurang senang dengan situasi itu
karena ia yang suka diminta jadi kucing atau disuruh ini itu.
“Aku gak mau kan jadi kucing
terus?”
“Kenapa?”
“Aku kan mau ngumpet juga.”
“Iya harusnya giliran,” kata
saya.”
Stimulasi yang saya lakukan,
memberi tahu Azka untuk berani mengatakan,’tidak mau’ jika sesuatu itu tidak
mau dilakukan karena merasa dirugikan, berani mengungkapkan pendapat atau
keinginannya dan berani berkata salah jika suatu hal salah.
Azka pernah ikut-ikutan memetik bunga mawar milik tetangga karena temannya melakukannya padahal Azka tahu itu salah. Saat saya tegur Azka berkata,”Tapi kan semua teman aku memetik juga.” Saya pun memberi pengertian jika sesuatu salah walaupun dilakukan banyak orang jangan diikuti dan jika salah harus meminta maaf yaitu pada pemilik bunga. Lalu saya pun mengantar Azka meminta maaf. Untunglah saya kenal baik dengan tetangga ini, bahkan dekat jadi tidak terlalu sungkan J. Dengan begitu Azka pun belajar bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya.
Azka pernah ikut-ikutan memetik bunga mawar milik tetangga karena temannya melakukannya padahal Azka tahu itu salah. Saat saya tegur Azka berkata,”Tapi kan semua teman aku memetik juga.” Saya pun memberi pengertian jika sesuatu salah walaupun dilakukan banyak orang jangan diikuti dan jika salah harus meminta maaf yaitu pada pemilik bunga. Lalu saya pun mengantar Azka meminta maaf. Untunglah saya kenal baik dengan tetangga ini, bahkan dekat jadi tidak terlalu sungkan J. Dengan begitu Azka pun belajar bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya.
Berani dan Percaya
diri
Ini adalah foto saat Azka jadi juara lomba nyanyi di sekolahnya. Bukan karena suaranya merdu lho. Tapi seperti yang dikatakan gurunya penilaian dari keberanian dan kepercayaan diri anak. Kebanyakan anak-anak lain bernyanyi sambil cengengesan dan setengah bercanda untuk menutupi rasa malu sebaliknya Azka serius dan lantang bernyanyi sampai mamanya melongo, karena Azka gak bilang kalau mau ikut lomba nyanyi jadi asli tanpa latihan.
Aku Juara |
Rasa berani dan percaya diri Azka
tidak timbul secara instan tapi di stimulasi melalui hal-hal kecil dan
sederhana. Seperti memberi kesempatan memilih pakaian yang ingin dikenakan,
memintanya mengungkapkan setiap keinginan atau pendapat, dan memberi apresiasi terhadap keberhasilan yang
sudah ia capai. Selain pujian kami memajang di dinding atau menyimpan di folder hasil
karya Azka.
folder hasil karya Azka |
Untuk menambah rasa percaya
dirinya kami kerap melibatkan Azka dalam pekerjaan rumah maupun saat menentukan pilihan, misal pilihan tempat makan di luar atau
pilihan tempat berlibur.
melibatkan anak-anak dalam kegiatan sehari-hari |
Kami pun selalu
mendorongnya dengan kata-kata positif seperti; harus coba, pasti bisa, ...
Kreatif dan Imajinatif
Saya percaya, kretifitas dan
imajinasi anak dapat berkembang maksimal dengan sering
membacakannya buku dan memberi ruang untuk berekplorasi. Jadi saya membatasi
lamanya menonton dengan konsekuensi saya harus
mengawasi Azka saat bermain di luar, menemani dan memfasilitasi Azka membuat beragam kreasi istilah Azka kreasi ‘mister maker. Azka
hanya sekali lho nonton acara mister
maker itu pun di tv tetangga secara gak sengaja tapi Azka mengenal mister maker
sangat dekat dari seri bukunya yang saya beli.
Aku kayak monster gak, Ma? |
Resiko lain, rumah jadi hampir
tidak pernah rapih belum termasuk jika Azka sudah mengajak teman-temannya main di rumah. Tapi seperti sebuah pepatah itulah yang membuat rumah
selalu terasa hangat J.
Mandiri dan Gigih
Untuk beberapa hal Azka mandiri, hal lain masih perlu di dorong dan diberi pengertian berulang. Misal, untuk soal sekolah Azka tak pernah
merengek minta ditunggui dari mulai awal masuk sekolah Kelompok Bermain, TK A dan TK B (TK A dan B Azka , berbeda sekolah
karena kami pindah rumah). Mungkin karena Azka terbiasa
ditinggal saya bekerja J
Sifat manjanya sering
keluar saat di rumah atau saat saya ada di sampingnya. Sesekali masih minta makan disuapin, kalau tidur harus ditemani dulu, dan masih banyak lagi. Stimulasinya, memberi pengertian dan sebab akibat kenapa harus bisa sendiri.
Azka seperti anak-anak pada
umumnya, gigih hanya jika sesuatu itu menyenangkan hatinya dan mudah untuk
dikerjakan. Tapi giliran mencari atau mencoba sesuatu baru, lebih sering berkata 'nggak bisa, aku kan masih kecil' atau 'gak ketemu',
padahal saya tahu dia belum mencoba atau mencari .
Yang saya lakukan, menanamkan
bahwa harus ada usaha segala sesuatu yang kita inginkan. Jika ingin cepat bisa membaca buku sendiri
maka harus latihan membaca walaupun salah terus. Azka sempat uring-uringan karena gak bisa baca buku.
buku yang mengobsesi Azka ingin bisa baca, gak nyangka :) |
Kini Azka sudah bisa membaca lho walaupun
terbata-bata. Kami menanamkan kecintaan Azka pada buku sejak bayi dengan cara selalu membelikan buku setiap bulan untuk dibacakan. Saya benar-benar tidak memaksa Azka belajar membaca hanya
memancing dan berhasil J. Proses belajarnya pun singkat. Saya percaya keinginan besar Azka untuk bisa membaca juga karena lingkungan
rumah mendukung. Saya dan suami sama-sama suka membaca buku dan hanya menonton
saat anak-anak tidur – jadi mereka tahunya Mama Papa tidak suka nonton heheh.
Saya menerapkan metode yang diciptakan kepala sekolah Azka, untuk memancing keinginannya baca buku. Metodenya bisa dilihat di sini.
Ramah dan Suka Menolong
Sifat ramah Azka masih sangat
kurang terutama jika berhubungan dengan orang kurang berinteraksi dengan dirinya seperti Ibu beberapa tetangga padahal anaknya teman bermain. Jika di
sapa lebih seringnya Azka melengos. Yang saya lakukan, meminta Azka
menjawab jika di tegur tetangga. Selain itu
saya pun memberi contoh dengan menyapa tetangga jika bertemu atau minimal
melempar senyum jika tidak terlalu akrab.
Tapi Azka suka sekali 'menolong'mama menyiram bunga, mencuci piring atau menolong Papanya bersihin kolam ikan dan cuci kendaraan. Yap, Azka masih pilih-pilih kalau menolong, memilih yang menguntungkan dan mengasikkan untuknya.
Stimulasi yang saya lakukan membacakan buku yang temanya menumbuhkan simpati dan empati selain memberi ruang untuk Azka bermian dengan teman sebaya dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Aktif dan Kritis
Azka bukan tipe anak yang bisa duduk manis berlam-lama. Walaupun tidak ada teman dan tidak boleh nonton, selalu saja ada ide untuk main sendiri. Jadi mengunci pintu rumah untuk memaksanya tidur siang tanpa ditemani tidak akan berhasil, karena Azka akan pura-pura tidur padahal main sendiri. Begitupun saat di sekolah, menurut laporan gurunya inisiatif Azka untuk selalu jadi yang terpilih dan didepan cukup bagus.
Tapi untuk kekritisan masih kurang. Stimulasi yang saya lakukan mendorong Azka untuk tidak ragu mengutarakan pendapatnya,melatih konsentrasinya dan mengajaknya ke tempat wisata edukatif.
ke musieum Indonesia di TMII, Azka jadi tahu kenapa mama bisa bahasa sunda dan papanya bisa bahasa padang |
Jadi Ibu itu Luar Biasa
Lepas dari semua usaha yang saya
lakukan agar kedua anak kami memiliki sifat pemimpin kecil, yang tak kalah
penting adalah memberi contoh alias menjadi figure untuk mereka.
Ada kisah menarik dan sedikit
menyentil mengenai ini. Beberapa waktu
lalu, saya berbicang dengan wali kelas Azka di sekolah, bertanya bagaimana
sikap dan perilaku Azka di sekolah.
“Azka susah kalau diminta minta
maaf. kalau akhirnya mau setelah lama sekali.” Ehm, di rumah juga seperti itu,
Azka sukar sekali minta maaf.
Jangan-jangan ini karena saya yang sering 'lupa' minta maaf sama Azka jika sudah ngomel karena gak nurut.
Sejak itu saya selalu memeluk
Azka dan meminta maaf jika sudah melakukan kesalahan atau setelah meminta Azka mengalah (lagi dan lagi) sama adiknya.
Ehm, menjadi seorang Ibu memang
luar biasa, bisa membuat diri bertranformasi menjadi lebih baik.
Asah, Asih, Asuh
Namun yang tak kalah
penting adalah stimulasi harus dibangun dalam suasana hangat, penuh cinta dan kasih
sayang. Atau penerapan pola asah, asih
dan asuh. Karena merawat dan mengasuh
anak dengan melibatkan perasaan cinta dan kasih sayang membantu tumbuh kembang
dan kecerdasan anak lebih optimal.
Berikut ada puisi menarik milik Kahlil Gibran, yang bisa di
bilang jadi ‘alarm’ untuk saya.
Anakmu bukanlah milikmu
Mereka adalah putra-putri sang hidup
Yang rindu akan dirinya sendiri
Mereka lahir lewat engkau
Tapi bukan dari engkau
Mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu
Berikanlah mereka kasih sayangmu
Tetapi jangan sodorkan pemikiranmu
Sebab pada mereka ada alam pikiran tersendiri
Patut kau berikan rumah bagi raganya
Tetapi tidak bagi jiwanya
Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan
Yang tiada daoat kau kunjungi
Sekalipun dalam mimpimu
Engkau boleh berusaha menyerupai mereka
Tetapi jangan membuat mereka menyerupaimu
Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur
Ataupun tenggelam ke masa lampau
Engkaulah busur asal anakmu, anak panah hidup
Melesat pergi
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba penulisan artikel 'Peran Ibu untuk Si Pemimpin Kecil' yang diadakan oleh Sarihusada
Lengkap sekali mbak Rina...
BalasHapusSaya setuju dengan pelukan dan mau mengakui kesalahan di depan anak.
Dan puisi Kahlil Gibrannya ikut menjadi alarm buat saya.
Wahh top markotopppp hehe sukses ya mak
BalasHapusInspiratif, anda ibu yg profesional hehe... nyontek ilmunya ya
BalasHapus