Sehabis mandi sore, Azka
mengenakan pakaian piyama lengan pendek favoritnya. Baju yang tadinya mau saya
‘buang’ karena warnanya sudah pudar dan ketat di tubuh Azka. Tapi Azka melarang
katanya masih bagus dan adem. Ehm, baju katun makin lusuh memang makin enak di
pakenya ya, adem. Mungkin itu juga yang
dirasakan Azka.
Tapi sore ini agak berbeda,
karena Azka mengenakan kerudung warna coklat sambil berkata;
“Aku mau kayak kak Melati pake
kerudung.”
“Oh iya bagus donk, tapi kalau
dalam rumah ga pake juga ga apa-apa, Mama juga kalau di dalam rumah di buka.”
“Enggak akh, aku mau kayak kak
Melati. Kak Melati di rumah juga di pake, aku pernah ngeliat, mau mandi aja di
bukanya.”
Selang beberapa jam Azka mengeluh
kegerahan. Saya menyarankan membuka kerudungnya. Azka menolak dan masuk ke
kamar menyalakan AC. Tak tak ingat kapan tepatnya akhirnya Azka membuka
kerudungnya yang pasti saat saya mengajaknya gosok gigi kerudungnya sudah di
lepas.
Selang beberapa hari, saat Azka
minta ijin akan main ke rumah temannya (masih dalam satu komplek perumahan).
Azka mengenakan baju lengan pendek plus kerudung.
“Bajunya kok pendek?”
“Biarin akh, kak Melati juga
pernah pake baju pendek, pake kerudung.”
Kak Melati adalah tetangga kami,
anak kelas 2 smp, paras wajahnya manis karakternya ramah. Dia selalu menyapa
jika bertemu saya di manapun.
Pe-er buat Mama, kurang menarik di jadikan role model oleh
Azka #ambilkaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar