Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis Moms Happiest Moment Female Circle tapi kalah :(
Komitmen saya, bekerja
tidak boleh melunturkan kelekatan saya dengan anak-anak, Azka Azzahra (5y) dan
Khalifah Ahsan (1y6m). Saya dan suami harus jadi role model untuk mereka dan kami harus membentuk karakter mereka. Ada dua ritual pagi yang saya lakukan untuk
mempererat bonding kami. Pertama,
mengiakan tawaran Azka membantu menyiapkan sarapan yang artinya harus bersiap dengan kesabaran ekstra. Bersiap
dengan tumpahan susu, parutan keju, taburan meses – yang lebih seringnya
tertabur di lantai – mentega yang mengenai tangan bahkan bajunya. Ritual kedua adalah mengajak anak-anak
berkeliling satu blok dengan sepeda motor sebelum saya pergi ke kantor lalu
kami berpelukan sebelum berpisah. Dan Azka selalu berpesan,”Hati-hati di jalan
ya, Ma.” Keharuan selalu menyeruak setiap kali Azka mengatakan itu. Kalimat itu
akan diulangnya dengan setengah berteriak sampai saya hilang di belokan dan tak
terlihat lagi olehnya.
Sementara Khalif
menangisi kepergian saya. Ya, terhitung sejak usianya 10 bulan, Khalif mulai
mengerti saya tinggal bekerja. Tangisan yang membuat saya diliputi rasa
bersalah. Tapi saat ini, kami pikir inilah pilihan terbaik untuk semua.
Jika di rumah seluruh waktu
dan perhatian kami untuk mereka. Saat
libur sabtu minggu atau tanggal merah adalah saat yang kami tunggu-tunggu. Azka
pun kerap bertanya,”Mama hari sabtu
minggu libur ya? Ini hari apa? Segini lagi (Azka mengacungkan beberapa jari
tangan) liburnya ya?”
Walaupun untuk
itu, kami, saya dan suami, harus menunggu mereka tidur untuk bisa menikmat waktu
berdua, leyeh-leyeh, me time bahkan
nonton.
Tapi kelelahan itu
terbayar, karena selalu ada hal lucu, menggemaskan bahkan membuat kami
tercengang dengan tingkah polah mereka. ketidakhadiran
saya di rumah setiap saat membuat saya bukan orang pertama yang
menyaksikan golden moment mereka, tapi
keinginan anak-anak untuk dengan sengaja menunjukkan kemampuan barunya di depan
saya adalah hal yang luar biasa.
Seperti saat Azka
berusia 2 tahun (kini usia Azka 4y7m), yang tiba-tiba meletakkan kedua telapak
tangan mungilnya di pipi saya dan berkata,”Mama sayang?” belum sempat saya
mengangguk saya berkata,”Aska juga sayang mama.”
Beberapa waktu lalu,
sepulang kerja saya di sambut dengan langkah tertatih-tatih Khalif (1y3m) tanpa
berpegangan. Khalif tersenyum lebar menatap saya. Yap, hari itu, tgl 10 januari
2013 adalah hari pertama Khalif melangkahkan kakinya tanpa pegangan. Saya bukan
orang pertama yang menyaksikan tapi senyum lebar Khalif sambil menatap saya
cukup menjadi bukti bahwa dia ingin menunjukkan kemampuannya pada saya.
Mereka ingin membuat saya bangga karena saya selalu
ada di hati mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar