Piknik itu apa sich, Ma?” tanya
Azka suatu malam saat saya menemaninya menggambar.
“Piknik itu kita pergi ke tempat
wisata dan bersantai di sana. Duduk sambil makan-makan.”
“Aku mau piknik ke Kebun Raya Bogor,
Ma. ”
Saya sedikit heran karena Azka
tahu kebun raya padahal kami tidak pernah mengajaknya.
“Memangnya Azka tahu kebun raya
itu tempatnya seperti apa?” tanya saya pura-pura.
“Kebun tapi seperti hutan, kata
Kimi, seru piknik di sana.”
Oalah jadi gara-gara cerita
temannya toh Azka mendadak ingin ke Kebun Raya Bogor.
Kimi adalah teman sebaya Azka
yang juga tetangga. Kami biasanya mengajak Azka dan Khalif hanya sampai depan
istana presiden melihat dan memberi makan rusa-rusa di sana. Kami pikir, Azka
terlalu kecil untuk diajak ke kebun raya, khawatir bosan hanya melihat pohon.
Kami meluruskan permintaan Azka
jalan-jalan ke Kebun Raya Bogor. Kami berangkat dari rumah pukul tujuh agar
saat sampai lokasi belum terlalu ramai sehingga kami benar-benar bisa
menikmati suasana kebun raya yang
rindang dan sejuk.
Di Kebun Raya Bogor
Tiket masuk ke seharga empat
belas ribu rupiah dan anak di bawah usia lima tahun gratis. Kendaraan roda
empat bisa masuk kecuali hari minggu.
Dugaan saya salah, ternyata Azka
tertarik dengan beragam pohon, tanaman hias dan bunga yang terdapat disana.
Bertanya ini itu dan mendengarkan penjelasan kami dengan serius.
“Agar bunga teratai kok gak
nempel di tanah, Ma. Kalau akarnya di makan ikan atau kodok bunga teratainya
mati ya, Ma?”
“Ikan sama kodok tidak makan akar
bungan teratai. Malah daun teratai itu tempat kodok duduk, beristirahat.”
“Emang daunnya kuat? Gak sobek?”
“Kuat.”
Saya membiarkan Azka bergerak
kesana-kemari dan menyentuh setiap pohon dan bunga yang dilihatnya dengan
syarat tidak boleh di petik.
Salah satu pohon yang membuat
Azka terheran-heran lagi adalah pohon yang akarnya sangat panjang, besar dan
menjulur ke atas. Ini fotonya.
salah satu pohon yang dikagumi Azka, berakar diluar tanah dan menjulur ke atas |
“Kalau pohonnya besaaaar sekali
berarti pohonnya udah lama ada di sini ya, Ma.”
Lalu kami mengajak Azka ke
Botanical Garden, di tempat ini dijual beragam tanaman hias dan benih.
“Biji ini kalau di tanam di tanah
jadi pohon kan ya, Ma.”
Di botanical garden |
Azka memiliki ingatan dan daya
nalar cukup baik, sehingga penjelasan kami cepat dipahaminya. Hal ini karena
stimulasi yang sering kami berikan melalui buku-buku yang kami bacakan atau
membawa Azka bermain di taman yang ada di perumahan kami. Azka tidak asing lagi
dengan alam lingkungan.
Stimulasi kami dibangun dalam suasana hangat, penuh cinta dan kasih
sayang. Atau penerapan pola asah, asih
dan asuh. Karena merawat dan mengasuh
anak dengan melibatkan perasaan cinta dan kasih sayang membantu tumbuh kembang
dan kecerdasan anak lebih optimal.
Selain stimulasi juga kami
barengi dengan asupan nutrisi untuk perkembangan otaknya, yaitu dengan memberinya makanan bergizi dan melengkapinya membantu pertumbuhan otak, melindungi
sel –sel otak serta memastikan otak dan retina mata bekerja dengan optimal.
DHA nya yang berasal dari Minyak Hati Ikan Cod di perairan atlantik sehingga bebas
dari pencemaran. Kandungan sari jeruk
dari Seven Seas memberikan rasa manis segar disukai anak-anak.
Keaktifannya tumbuh karena saya dan suami sering
meluruskan permintaannya jika permintaan itu berhubungan dengan n rasa ingin
tahunya. Memberi ruang bergerak yang bebas kepada Azka selama tidak
membahayakan dirinya dan orang lain. Sedangkan kemandiriannya karena kami
selalu mendukung dan memberinya kesempatan untuk melakukan sesuatu sendiri,
kalau salah kami menasehati bahwa kesalahannya itu karena dia masih kecil dan perlu belajar
lagi. Tidak boleh meminta bantuan selama dia bisa
melakukannya sendiri.
quality time |
Mampir ke Museum Zoologi
Museum Zoologi terletak di dalam area Kebun Raya
Bogor dan untuk masuk ke sana kita tidak dibebani tiket lagi. Tempat yang lebih
seru di mata Azka. Banyak binatang yang selama ini dilihatnya di buku atau saat
kami mengajaknya ke Taman Safari, kini bisa dilihatnya dalam lmari-lemari kaca
besar.
“Ini binatang yang diawetkan,”
terang Abinya (panggilan Azka untuk papanya).
“Diawetkan itu apa, Abi.”
“Diberi zat atau cairan tertentu
yang membuat binatang yang sudah mati ini tidak busuk.”
“Kasian ya, Abi.”
“Kasian kenapa?”
“Kalau ingin ketemu mama sama abi
atau adiknya gimana?” tanya Azka dengan nada sendu.
“Tapi dengan begitu kita jadi belajar tentang
hewan,” ujar Abi setelah beberapa saat terdiam.
Di museum Zoologi |
Wisata ke Kebun Raya Bogor
tergolong murah meriah namun sangat
edukatif, mengenalkan Azka pada keberagaman flora, fauna dan mencintai
dan memelihara lingkungan.
enak bgt di kebun raya, kayaknya adem :)
BalasHapusSaya juga sering begitu mbak, mengira anak tidak tertarik pada sesuatu padahal ternyata ia tertarik. Menarik. Moga menang ya :)
BalasHapuspinter banget Azka ya, rasa ingin tahunya besar sekali *ngegemesin*
BalasHapusazka pinter y mbak..
BalasHapus