Pertama kali kenal Home Schooling (HS) melalui tulisan-tulisan teman di blog multiply tahun 2008 an (sekarang udah ga
ada multiply) dan langsung tertarik tapi tidak untuk melakoninya (memilih HS) karena merasa berat. Berat karena merasa tak mampu dan ego. Ego ingin
memiliki waktu luang untuk diri sendiri. Gak HS aja rempong apalagi HS – bukan tipikal
mama yang baik dan belum siap total heuheu.
HS membuka mata saya mengenai
konsep setiap saat, apapun bentuknya, seorang anak belajar. Saya mulai belajar,
melalui waktu bersama si kecil dengan kesadaran penuh. Emang selama ini ga
sadar? Ya, begitulah, saya lebih banyak membiarkan semuanya mengalir tanpa
dipikirkan.
Contoh kecil,
saya dan suami
sepakat, selalu mengajak si kecil belanja bulanan karena sekalian waktunya ng
mall, family time, sekalian juga mengenalkan si kecil pada beragam kebutuhan
rumah dan konsep jual beli tapi hanya sebatas dipikiran, tanpa evaluasi atau
komunikasi dua arah dengan anak-anak.
Saya biarkan anak-anak membantu
saya mengambilkan beragam kebutuhan rumah tangga tanpa obrolan singkat, ini
untuk apa dsb. Jadi pikiran saya sibuk sendiri belanja belanji, pikiran
anak-anak pun seperti sibuk dengan rasa excited mengambil barang ini itu.
Contoh kedua, awalnya saya
tidak memiliki agenda tetap dan pasti mengenai kunjungan ke tempat wisata edukasi.
Kalau liburan, ada uang dan inget saja. Alias tanpa budget khusus. Tak heran
jika kami beberapa kali mengunjungi eduwisata yang sama dengan hasil tak
maksimal. Hasil tak maksimal dalam arti, kunjungan sebentar karena perjalanan
habis di jalan yang macet (saat kami ke taman safari) atau kunjungan tanpa
agenda dan persiapan (gak googling dulu museum yang kami kunjungi apa saja
isinya) jadi hanya melihat dan ‘melongo’.
Contoh ketiga, tak terpikir mengajak
anak ke pameran seni (apapun) karena menganggap mereka tidak mengerti, padahal
harusnya mulai dikenalkan agar mengerti atau minimal tahu.
Tak pernah terpikir melibatkan
anak dalam pekerjaan kita di kantor, misal dalam percakapan keseharian. Jadi
tahunya hanya, mama dan abi kerja.
Kerja apa? Ngerjain apa?
Sejak tahu HS kami mulai
merubah itu semua. Kami membuat budget untuk kunjungan ke tempat wisata
edukasi, berencana mengajak ke pameran seni (menunggu info kalau ada pameran
seni) menerangkan pekerjaan kami di kantor (waktu saya masih bekerja) dan yang pasti berusaha menghadirkan hati dan pikiran saat bersama mereka.
Wah..saya juga suka lebih banyak membiarkan semuanya mengalir nih...berarti harus dirubah ya...makasih tipsnya...
BalasHapusMak Rina..iya betul, setiap saat apapun bentuknya.. anak belajar ya...
BalasHapussaya sempat terpikir untuk HS dulu.
BalasHapusKalau untuk jalan-jalan, biasanya saya suka banyak cari info lewat google dulu. Trus, diskusiin sama anak-anak kalau bakal pergi ke suatu tempat :)
Kalau bayi diterangin belum ngerti kan mak walau kita jelasin...tapi buat note juga nanti pas raffi dah ngerti :")
BalasHapus